Total Tayangan Halaman

Total Tayangan Halaman

Minggu, 04 Agustus 2013

Antara Blusukan dan Keblusuk



Gegara Jokowi, pemakaian kata blusukan meningkat tajam. Padahal sebenarnya kata blusukan itu sudah biasa saya dengar sejak saya masih kecil, karena saya memang suka blusukan. Bahkan gegara blusukan itu, saya jadi banyak tahu jalan-jalan sempit, gang-gang atau bahkan lorong-lorong, yang orang menyebutnya dengan gang tikus. Karena gang ini seringnya sepi dan agak dingin karena banyak pepohonan, sehingga enak dilalui anak-anak dan pejalan kaki. Dibanding kalau saya harus melalui jalan yang normal dilewati atau jalan besar. Seringnya panas dan banyak kendaraan lalu lalang. Itulah manfaat saya dengan blusukan di waktu kecil, karena saya bisa menghemat banyak waktu. Ibarat potong kompas atau menemukan jalan pintas (short cut) nya, karena saya sudah begitu mengenal daerahnya.

Sementara blusukan memang pada dasarnya bertujuan untuk mengenal lebih dekat suatu daerah atau wilayah. Kalau kita sudah kenal, automatis kita  tahu apa yang ada di daerah tersebut dan tahu juga permasalahannya sekaligus. Sehingga pantaslah kalau banyak permasalahan yang ada bisa terekam dengan segera dan akan mudah diselesaikan. Bagi Jokowi, blusukan tentunya sangat membantunya, karena dengan melakukan blusukan permasalahan pokoknya atau sumbernya bisa cepat segera diketahui. Walaupun sebenarnya masalah  yang dihadapi oleh Jakarta sudah bukan asing lagi. Yang namanya banjir, macet, sampah, ketertiban, keamanan serta problem kemiskinan yang selalu menghantui masyarakat Jakarta.
Jadi kalau dia harus memulai studi dari awal, dengan melakukan survey dan penelitian terlebih dahulu. Terus  sampai kapanpun permasalahan tidak akan tuntas, karena permasalahan utamanya terletak pada Actions nya yang belum dilakukan. Berapa tahun sudah studi tentang MRT dan Monorail, maupun usaha-usaha untuk mengatasi kemacetan, sampah, dan banjir?. Semuanya study sudah dilakukan dengan biaya yang mahal dan mungkin sudah berjilid bukunya. Tapi semua itu, tak ada gunanya kalau tidak dilanjutkan dengan eksekusi segera apa yang sudah direkomendasikannya. Karena persoalannya adalah pada eksekusi, bukan untuk mendiskusikan terus menerus. Lagi-lagi tinggal tergantung seberapa besar nyali dari pemimpin itu untuk melaksanakan semua yang direkomendasikan.

Sebaliknya dengan kata keblusuk sekarang. Kata ini mempunyai konotasi yang negatif atau jelek. Orang sudah keblusuk berarti dia sudah memasuki ke area yang kurang baik. Bisa karena ketidaktahuannya atau bisa karena pengaruh yang dia tidak sadari. Akhirnya dia terjerembab ke dalam hal-hal yang dianggap kurang baik atau kasarnya negatif. Ibaratnya orang sudah terperangkap dan sulit untuk keluar, makanya disebut keblusuk. Hmmm, masih mending terpeleset kalee yaa, daripada keblusuk. Jadi hati-hati kalau kita mau menggunakan kata ini. Beda sedikit saja, sudah beda juga artinya, bahkan jauh lagi bedanya.
Hmmm, sekedar intermezo kawan dengan bermain kata-kata. Bagaimana menurut Anda? Boleh dishare lho pengalaman dalam menggunakan kata-kata ini. Dulu kakak saya pernah menasehati, tapi saya tetap jalan saja dan tidak menghiraukan nasehatnya. Akhirnya dia bilang dengan senjata atau aji pamungkasnya, “Neng, kayaknya kamu sudah keblusuk deh”, hehehhe. Begitulah kira-kira

Salam Blusukan.

<iframe id='ae0012f5' name='ae0012f5' src='http://ads.viva.co.id/ads/www/delivery/afr.php?what=bannerid:5724&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' frameborder='0' scrolling='no'><a href='http://ads.viva.co.id/ads/www/delivery/ck.php?n=ab411473&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://ads.viva.co.id/ads/www/delivery/avw.php?what=bannerid:5724&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&n=ab411473' border='0' alt='' /></a></iframe>