Gegara Jokowi, pemakaian kata blusukan meningkat tajam.
Padahal sebenarnya kata blusukan itu sudah biasa saya dengar sejak saya
masih kecil, karena saya memang suka blusukan. Bahkan gegara blusukan
itu, saya jadi banyak tahu jalan-jalan sempit, gang-gang atau bahkan
lorong-lorong, yang orang menyebutnya dengan gang tikus. Karena gang ini
seringnya sepi dan agak dingin karena banyak pepohonan, sehingga enak
dilalui anak-anak dan pejalan kaki. Dibanding kalau saya harus melalui
jalan yang normal dilewati atau jalan besar. Seringnya panas dan banyak
kendaraan lalu lalang. Itulah manfaat saya dengan blusukan di waktu
kecil, karena saya bisa menghemat banyak waktu. Ibarat potong kompas
atau menemukan jalan pintas (short cut) nya, karena saya sudah begitu
mengenal daerahnya.
Sementara blusukan memang pada dasarnya bertujuan untuk mengenal lebih
dekat suatu daerah atau wilayah. Kalau kita sudah kenal, automatis kita
tahu apa yang ada di daerah tersebut dan tahu juga permasalahannya
sekaligus. Sehingga pantaslah kalau banyak permasalahan yang ada bisa
terekam dengan segera dan akan mudah diselesaikan. Bagi Jokowi, blusukan
tentunya sangat membantunya, karena dengan melakukan blusukan
permasalahan pokoknya atau sumbernya bisa cepat segera diketahui.
Walaupun sebenarnya masalah yang dihadapi oleh Jakarta sudah bukan
asing lagi. Yang namanya banjir, macet, sampah, ketertiban, keamanan
serta problem kemiskinan yang selalu menghantui masyarakat Jakarta.
Jadi kalau dia harus memulai studi dari awal, dengan melakukan survey
dan penelitian terlebih dahulu. Terus sampai kapanpun permasalahan
tidak akan tuntas, karena permasalahan utamanya terletak pada Actions nya
yang belum dilakukan. Berapa tahun sudah studi tentang MRT dan
Monorail, maupun usaha-usaha untuk mengatasi kemacetan, sampah, dan
banjir?. Semuanya study sudah dilakukan dengan biaya yang mahal dan
mungkin sudah berjilid bukunya. Tapi semua itu, tak ada gunanya kalau
tidak dilanjutkan dengan eksekusi segera apa yang sudah
direkomendasikannya. Karena persoalannya adalah pada eksekusi, bukan
untuk mendiskusikan terus menerus. Lagi-lagi tinggal tergantung seberapa
besar nyali dari pemimpin itu untuk melaksanakan semua yang
direkomendasikan.
Sebaliknya dengan kata keblusuk sekarang. Kata ini
mempunyai konotasi yang negatif atau jelek. Orang sudah keblusuk berarti
dia sudah memasuki ke area yang kurang baik. Bisa karena
ketidaktahuannya atau bisa karena pengaruh yang dia tidak sadari.
Akhirnya dia terjerembab ke dalam hal-hal yang dianggap kurang baik atau
kasarnya negatif. Ibaratnya orang sudah terperangkap dan sulit untuk
keluar, makanya disebut keblusuk. Hmmm, masih mending terpeleset kalee
yaa, daripada keblusuk. Jadi hati-hati kalau kita mau menggunakan kata
ini. Beda sedikit saja, sudah beda juga artinya, bahkan jauh lagi
bedanya.
Hmmm, sekedar intermezo kawan dengan bermain kata-kata. Bagaimana
menurut Anda? Boleh dishare lho pengalaman dalam menggunakan kata-kata
ini. Dulu kakak saya pernah menasehati, tapi saya tetap jalan saja dan
tidak menghiraukan nasehatnya. Akhirnya dia bilang dengan senjata atau
aji pamungkasnya, “Neng, kayaknya kamu sudah keblusuk deh”, hehehhe.
Begitulah kira-kira
Salam Blusukan.
<iframe id='ae0012f5' name='ae0012f5' src='http://ads.viva.co.id/ads/www/delivery/afr.php?what=bannerid:5724&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' frameborder='0' scrolling='no'><a href='http://ads.viva.co.id/ads/www/delivery/ck.php?n=ab411473&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://ads.viva.co.id/ads/www/delivery/avw.php?what=bannerid:5724&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&n=ab411473' border='0' alt='' /></a></iframe>
<iframe id='ae0012f5' name='ae0012f5' src='http://ads.viva.co.id/ads/www/delivery/afr.php?what=bannerid:5724&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' frameborder='0' scrolling='no'><a href='http://ads.viva.co.id/ads/www/delivery/ck.php?n=ab411473&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://ads.viva.co.id/ads/www/delivery/avw.php?what=bannerid:5724&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&n=ab411473' border='0' alt='' /></a></iframe>